Pernahkah Anda menyesal tentang apa yang telah Anda perbuat?
Pernahkah Anda menyadari Anda bisa berbuat lebih baik, tapi sudah
terlambat? Pernahkah Anda berbuat kesalahan yang kemudian berakibat
fatal untuk Anda dan orang lain? Kalau ya, berarti Anda manusia.
Tidak ada satu pun dari kita yang bersih dari kesalahan. Tiap orang
pasti pernah berbuat sesuatu yang kemudian membuat kita menyesal,
berharap bisa mengulangi momen itu tapi sia-sia karena waktu tidak
pernah berputar ke arah sebaliknya. Adalah wajar bila kita menyesal,
bahkan bersedih. Tapi bagaimana bila perasaan tidak enak itu tetap
menghantui kita?
1. Sibukkan diri
Menurut ahli psikologi, orang yang mengalami tekanan emosi berat akan
lebih cepat ‘sehat’ bila menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang
bermanfaat. Terutama bila ia menggunakan waktunya untuk membantu orang
lain. Hal ini dikarenakan, ketika membantu orang lain, pikiran kita
tidak lagi berfokus pada masalah pribadi. Kebanyakan orang tenggelam
dalam permasalahannya karena tidak bisa melihat ada dunia lain yang
berputar di luar dunianya.
Misalnya saja kita lupa menghitamkan bagian nama saat UMPTN/SPMB.
Menyesalnya pasti tidak ketulungan. Memang itu menyedihkan dan berat.
Tapi mungkin rasa sakit itu akan berkurang bila kita melihat ada seorang
anak korban perang yang tidak hanya kehilangan semua anggota
keluarganya, tapi juga kehilangan kedua lengan dan terbakar seluruh
tubuhnya. Ternyata ada orang yang lebih berat permasalahannya, daripada
kita.
2. Jangan menyalahkan keadaan
Menyalahkan keadaaan hanya akan membuat luka Anda bertambah dalam.
Memang, yang paling mudah adalah menyalahkan orang lain atau lingkungan
ketika sesuatu yang buruk terjadi pada kita. Tapi kenyataannya, kita
tidak bisa menguasai dunia. Kita hanya bisa mencoba mengatur diri
sendiri, dan bagaimana kita bereaksi terhadap dunia. Akan selalu ada
hal-hal tidak mengenakkan yang sepertinya mencoba menjatuhkan kita.
Macet luar biasa ketika kita dalam perjalanan untuk suatu wawancara
penting, soal ujian tepat di bagian yang tidak kita pahami betul, dsb.
Daripada menyalahkan keadaan, lebih baik tenangkan diri dan coba cari
solusinya. Dan kita patut sangat berhati-hati, jangan sampai menyalahkan
Allah atas apapun yang menimpa kita.
3. Ketika sebuah pintu tertutup, pintu lain terbuka
Ada pepatah yang sebenarnya agak menyesatkan. Kalimat kesempatan emas
itu hanya datang sekali seumur hidup, sebenarnya tidaklah tepat. Ada
banyak sekali kesempatan di sekitar kita. Kadang kita saja yang tidak
menyadarinya. Pintu lain itu tidak selalu sama persis bentuk dan
warnanya dengan pintu sebelumnya yang terbanting keras di muka kita.
Tapi percayalah, sesudah ujian itu ada kemudahan. Selalu ada hikmah di
balik kejadian sepahit apapun.
4. Menghitung nikmat
Ketika bersedih, orang begitu terfokus pada masalahnya sehingga
cenderung lupa hal lain yang dimilikinya. Misalnya, OK kita kehilangan
pekerjaan. Tapi bukankah kita masih memiliki keluarga yang menyayangi
kita tulus, tubuh yang sehat, bisa bernafas leluasa, bisa melihat,
jantung masih giat berdenyut, nikmat berislam, dsb.
Ada trik yang menarik untuk dicoba. Cobalah ambil secarik kertas dan
pena. Tulis semua nikmat, sekecil apapun, yang pernah diberikan pada
kita. Dari lahir sampai sekarang. Semua titik kebahagiaan. Semuanya.
Percayalah, sebelum Anda selesai, Anda dapat melihat bahwa permasalahan
yang Anda hadapi tidak seberapa dibanding semua nikmat yang pernah Anda
miliki. Lihatlah betapa kita sebenarnya sering mengalami ujian, namun
toh Allah selalu membantu kita melewatinya dengan baik. Mengapa kali ini
tidak? Ingatlah, pertolongan Allah itu dekat.
5. Jangan membuat keputusan besar saat emosi
Orang cenderung menggeneralisir permasalahan ketika sedang down. Rasanya
seluruh hidupnya hancur. Padahal kenyataannya tidaklah demikian.
Mungkin sebagian menjadi terpengaruh negatif, tapi kan tidak semuanya.
Yang terjadi adalah, ia membuat suatu kesalahan, itu mempengaruhi
perasaannya. Juga mempengaruhi penilaiannya terhadap diri sendiri dan
lingkungan.
Di saat seperti ini sebaiknya jangan membuat keputusan-keputusan besar.
Misalnya saja tiba-tiba memutuskan untuk bercerai atau berhenti kuliah
karena sedang emosi. Sebaiknya tunggu sampai emosi kita mereda, baru
berpikir dengan jernih sebelum memutuskan. Jangan lupa juga untuk shalat
Istikhoroh, supaya keputusan yang kita ambil bukan karena emosi belaka.
6. Kembali pada Allah
Kesedihan, penyesalan, semua rasa sakit yang tidak dibarengi iman, akan
membuat kita mudah dijerumuskan setan. Maka yang paling baik adalah
kembali pada Allah dengan permasalahan kita. Lihatlah, apa yang coba
Allah sampaikan dengan kejadian ini? Apakah Allah ingin menarik kita
yang semakin jauh untuk kembali dekat dengan-Nya? Apakah Allah tengah
berusaha mengingatkan niat-niat yang tidak tulus, perhitungan yang tidak
cermat, atau apa? Ataukah sekadar menguji kita?
Berdoa, senantiasalah berdoa. Mohon dikuatkan melalui cobaan seberat
apapun. Jangan sampai ujian itu membuat kita malah jauh dari Allah.
Jadikanlah Allah teman curhat kita yang paling akrab. Bermanja-manjalah
pada-Nya, terutama di sepertiga malam terakhir. Bukankah Allah yang
berjanji untuk mengabulkan permintaan hamba-Nya?
0 Komentar di Blogger